Minggu, 29 Maret 2015

Kopi, Rindu yang tak Tersampaikan

Seperti sedang mengadili diri sendiri, maka aku menyusuri kota ini, sendiri, sebab dengan begini aku bisa mengungkapkan kegilaanku yang sempat tertunda, keinginan untuk menyusuri toko-toko buku, sekedar melihat pameran seni dan tentu saja kegilaan untuk mengenangmu.

Aku sedang menikmati kopi. Mataku terarah pada jalanan basah dibalik jendela yang buram karna udara dingin diluar. Sore ini hujan turun lagi. Kali ini tak terlalu deras seperti kemarin. Aku bahkan menyukainya, karna hujan turun dengan butiran butiran bening yang sejuk dipandang mata. Rasanya tenang melihat hujan itu, sama tenangnya ketika mendengar kabar kamu baik baik saja disana. Ya hujan gerimis dan secangkir kopi, ah betapa romantisnya hidup ini.

Aku sadar tidak bisa memilikimu, tapi untuk merindukanmu aku rasa tidak ada yang salah. Aku hanya mencari-cari suasana yang pernah hadir dalam duniaku,ketika bersamamu, kau yang telah "menamparku" bahwa hidup tidak bisa diselesaikan dengan sikap cengeng, bahwa belajar tidak pernah selesai, bahwa kebahagiaan adalah suatu hal yang patut diperjuangkan.

Mereka bilang, hanya karena dua orang saling mencintai bukan berarti mereka harus bersama saat itu juga. Cinta yang terburu buru tidak pernah berakhir manis. Kesabaran selalu menjanjikan hadiah utama. Sambil menunggu saatnya tiba,cukup rindu ini saja yang ku nikmati dengan caraku, mungkin dengan menyeruputnya sedikit demi sedikit dalam secangkir kopi. Atau membiarkan rindu itu pergi seperti uap dari secangkir kopi yang panas. Jujur, aku nyaman dengan caramu mencintaiku yang tidak cengeng, tidak copy paste sinetron atau drama korea sampah itu, haha dan sebab itu aku bisa merindukanmu dengan caraku, dengan menyukai filsafat sembari ditemani playlist lagu-lagu kesukaanku.

Tak ada yang mengerti tentang cinta. Semua makhluk bumi terlihat bodoh ketika memujanya.
Dua hal yang aku tahu, "cinta tak pernah gagal membawa rindu dan tak pernah gagal memberikan luka. Hanya sebatas itu".
Disini memang lebih baik, tempat aku berlari darimu. Tempat buatku sembari menghitung jejak rindu. Berusaha memberikanmu waktu, tanpa aku. Mungkin kamu akan merindukanku di suatu waktu, pikirku naif. Mungkin juga aku sempat melintas di pikiranmu yang rumit, ketika kamu tak sedang sibuk dan sedang asyik menatap secangkir kopi.

Sehingga kamu tahu, ada yang merindukanmu sambil menggenggam secangkir kopi yang sama, dengan rasa yang berbeda mungkin.

Ya..kopiku kali ini, rasa rindu yang tak tersampaikan. :')


by ~MY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar