Kamu mungkin tidak akan datang lagi, aku mungkin juga sudah
mengikhlaskanmu pergi (kalau tidak sekarang, setidaknya nanti pasti).
Karena entah di mana kita sekarang, aku tidak tahu. Apa kamu juga
kadang-kadang teringat aku? Apa kamu kadang-kadang rindu dengan
perbincangan-perbincangan kita? Apa kamu sering membayangkan apa yang
akan kita lakukan kalau kita bertemu lagi? Ah, sudahlah.belum sampai kesitu ilmuku untuk membayangkannya.
Aku menulis ini tidak punya maksud apa-apa karena aku memang tidak
ingin apa-apa. Aku hanya ingin kamu baik-baik saja dan berbahagia meski
bukan kita yang akhirnya ditakdirkan bersama. Dari awal aku sudah tahu,
apa pun yang berlangsung menyenangkan, belum tentu seperti itu
selamanya. Selalu berharap yang terbaik, namun bersiap juga untuk
kemungkinan terburuknya. Aku bahagia, meski kita tidak pernah
benar-benar bersama.
Aku suka memandangi hujan berlama-lama, tapi tanpamu, rasanya mungkin tidak akan lagi sama. Aku akan baik-baik saja. :)
Tidak akan selamanya mengusikmu. Kamu jangan merasa bersalah atau terlalu
khawatir dan bertanya-tanya, apakah aku (akan) baik-baik saja? Karena pada
akhirnya kita pasti akan baik-baik saja. Iya kan ? :)
Masih ingat, pada waktu aku menangisimu, kamu bilang kita masih bisa
berteman? Awalnya, ya kita mungkin masih berhubungan, saling menanyakan
kabar, mungkin juga ngobrol kadang-kadang. Tapi lama-kelamaan berangsur
berkurang, namun ku berharap tidak saling melupakan.
Aku tahu, ini yang selalu kamu katakan setiap kali aku mengatakan rindu
atau mengajakmu bersama lagi, “Kamu harus bisa seperti aku.
Merelakanmu. Yang berlalu biarlah tetap berlalu”. Kamu tidak tahu sakitnya aku, jadi sebenarnya kamu tidak boleh berkata
harus bisa seperti kamu, membiarkan yang berlalu tetap berlalu. Bagi
yang sudah tidak mencintai lagi, itu mudah. Kamu pernah tidak, sedang
jatuh cinta-cintanya, tapi diminta untuk berhenti mencintainya? Kamu
pernah tidak, sedang kangen-kangennya, tapi disuruh jangan lagi
melakukannya? Kalau belum, jangan menganggap ‘yang berlalu biarlah
berlalu’ itu semudah mengatakannya saja.
Sebenarnya, saling mencintai itu berpikirnya bukan lagi aku atau kamu.
Bukan lagi aku berusaha mati-matian membahagiakanmu, atau kamu mencoba
membahagiakan aku. Saling mencintai itu berusaha agar kita bahagia
dengan tetap bersama. Sayangnya, memang dari awal pengertian kita
tentang mencintai itu beda. Kamu, dengan kamu harus bahagia, aku dengan
mencoba selalu menerima kamu apa adanya, bahkan dengan egomu yang tidak
pernah kusangka bahwa bahagiamu jauh lebih penting dari bahagiaku.
Kalau kamu tidak mau, aku mengerti. Seberapa pun berantakannya, seberapa
pun jatuhnya aku saat itu. Karena aku tidak pernah bisa memberi
sebagian saja. Aku selalu ingin memberi hatiku, sepenuhnya. Lalu aku
tinggalkan seluruhnya untuk kamu bawa pergi jauh sejauh-jauhnya.
Betapapun itu semuanya, rasa cintaku padamu belum benar-benar luntur semestanya.
by ~MY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar